PENDIDIKAN BELA NEGARA UNTUK ANAK USIA DINI
Tentu kita mengamati, mencermati dan pada akhirnya merenungi kejadian yang sering terjadi akhir-akhir ini. Pergesekan nilai-nilai kemanusiaan sangat sering terjadi apalagi ditengarai ada pihak yang menjadi kompor, bukan lagi kompor minyak tanah tapi kompor gas yang membuat semakin panas. Teman jadi lawan, tetangga jadi bermusuhan, kampung jadi tawuran, dengan massa yang lebih besar bisa terjadi bentrokan.
Inikah potret Indonesia yang terkenal dengan ramah tamah, gotong royong, tepa selira, sopan santun dan berke-Tuhan-an?. Waaooow.... sepertinya potret Indonesia sudah mulai ada yang robek. Lalu pantaskah kita berdiam diri....????. Sepertinya ada yang mulai kurang disirami... ya.... itu... rasa cinta tanah air.
Melihat kenyataan yang telah terjadi pemerintah tidak tinggal diam terbukti dengan dikeluarkannya Peraturan Presiden No 87 Tahun 2017 tentang Penguatan Pendidikan Karakter di Sekolah. Sekolah diwajibkan untuk dapat memberikan Program Kegiatan yang menguatkan karakter siswa di dalam kurikulum yang dirancang oleh sekolah masing-masing dengan mengedepankan kegiatan yang bersifat langsung atau aktif.
Pendidikan Bela Negara menjadi satu konten yang sangat tepat untuk diangkat menjadi materi kegiatan di sekolah. Nilai-nilai bela negara diantaranya:
1. Cinta Tanah Air
2. Sadar Berbangsa dan Bernegara
3. Yakin Pancasila sebagai Ideologi Negara
4. Rela Berkorban untuk Bangsa dan Negara
5. Memiliki Kemampuan Awal Bela Negara
Tidak terlepas Pendidikan Anak Usia Dini, anak usia dini sangat tepat untuk dikenalkan konsep Bela Negara untuk pertama kalinya, karena usia dini merupakan saat itu anak dalam pembentukan dan perkembangan dalam semua aspek kehidupan. Ya.... seperti seniman yang sedang membuat patung keramik, tanah liat akan mudah dibentuk saat masih basah. Saat usia dinilah sikap perilaku anak disemai, dipupuk dan tumbuh menjadi perilaku dari pribadi-pribadi yang berkarakter kebangsaan yang tinggi.
Namun janganlah kita bayangkan dengan materi militerkah nantinya Pendidikan Bela Negara akan diberikan kepada anak usia dini. Jawabnya.... tentu saja tidak... Lantas Bagaimana? Tentu saja melalui pintu permainan, karena bermain adalah dunia mereka. Itulah pintu yang paling tepat dalam mengenalkan, membiasakan hingga akhirnya menjadi sebuah perilaku yang menetap dari seseorang atau yang biasa kita sebut karakter.
Permainan-permainan dirancang secara terintegrasi agar dapat mengembangkan semua aspek perkembangan anak. Pemainan yang sesuai dengan kecendurangan belajar masing-masing anak atau kita biasa menyebutnya kecerdasan jamak atau multiple intellegence (Howard Gardner: 1993).
Howard
Gardner sang pencetus dari teori kecerdasan jamak mengawali teorinya dengan
percobaan dalam kelas spectrum telah
menemukan bahwa setiap anak mempunyai kecerdasan yang berbeda sehingga
merekapun juga memerlukan stimulasi atau teknik pembelajaran yang berbeda
sesuai dengan kecerdasan mereka masing-masing. Setiap anak mempunyai kecepatan
yang berbeda dalam menerima dan memahami setiap informasi/pengetahuan maupun
ketrampilan sesuai dengan jenis kecerdasan mereka. Anak yang mempunyai
kecerdasan musikal tinggi maka dia akan lebih muda dalam mempelajari segala hal
tentang musik, mereka akan lebih terampil mememainkan alat musik daripada anak
yang mempunyai kecerdasan lainnya. Pengetahuan
yang mereka terima akan lebih mudah mereka pahami jika disampaikan dengan
iringan musik atau melalui lagu.
Demikian
juga halnya dengan pendidikan bela negara untuk anak usia dini jika disampaikan
sesuai dengan stimulasi dan karakteristik kecerdasan anak maka akan dengan
mudah pula mereka pahami. Anak juga lebih gembira dan mempunyai ketertarikan
yang tinggi terhadap informasi/pengetahuan tentang bela negara. Pendidikan bela
negara yang diberikan kepada anak usia dini masih pada tahap pengenalan dan
pembiasaan pada sikap perilaku anak. Membiasakan sikap perilaku bela negara bagi
anak usia dini seperti membangun sebuah
pondasi bangunan. Pondasi yang kuat tentu harus dengan formulasi campuran bahan
yang tepat, bukan berarti jika pondasi yang dibuat dengan batu kali saja akan
kuat, atau semen saja akan lebih kokoh. Tetapi membuat pondasi bangunan yang
kuat harus pas campuran antara pasir, semen, batu kali tentu saja tidak boleh
ketinggalan air yang menjadi perekatnya besi beton yang menjadi penguat dan
penyanggahnya. Sikap perilaku diibaratkan seperti air yang menjadi perekat dari
semua kemampuan anak kemudian dikuatkan dengan nilai agama dan moral sebagai
penyanggahnya yang hal ini diibaratkan sebagai besi. Jika pondasi sikap
perilaku bela negara pada anak telah tertanam kuat maka Indonesia akan
mempunyai generasi yang siap membela negaranya karena sikap perilaku
sehari-hari yang mencerminkan bela negara akan menjadi karakter generasi baru
Indonesia.
Stimulasi bagi kecerdasan jamak paling tepat
diberikan melalui permainan. Bagi anak usia dini permainan adalah kehidupan
bagi mereka. Permainan menjadi salah satu cara yang sangat tepat dan mudah
dalam mengajarkan pengetahuan tentang bela negara. Permainan itu sendiri
mengandung nilai-nilai berjuang, bekerjasama, berani, percaya diri,
sportivitas, pengendalian emosi, kemandirian, meningkatkan ketrampilan, kreatif
dan gembira. Permainan yang sesuai dengan karakteristik kecerdasan anak harus
dikembangkan oleh guru.
Untuk lebih jelas apa dan bagaimana permainannya silahkan dilihat di dalam buku PENDIDIKAN BELA NEGARA MELALUI PERMAINAN KECERDASAN JAMAK. Karya : Djoko Adi Walujo dan Anies Listyowati. Penerbit Prenadamedia Group
Komentar
Posting Komentar